Masjid Al-Aqsa dan Perebutan 50 Tahun

Berikut ulasan pendudukan Israel atas Paletina dalam kurun waktu 50 Tahun
Tahun 1967
Juni 1967, Israel menduduki wilayah Yerusalem Timur termasuk Kompleks Tua. Israel menguasai secara paksa Tembok Barat (Al Buraq Wall) dan menghancurkan Al-Mughrabi Quarter, termasuk 2 Masjid serta 135 rumah.


Tahun 1969
Israel melakukan serangan pertama paling kontroversial dengan membongkar Mimbar Salahudin Al-Ayyubi dan inerior Masjid Al-Qibli

Tahun 1982
Alan Goodman, tentara dan ektremis Israel, melakukan penembakan terhadap jemaah di kompleks Masjidil Aqsa yang menewaskan 2 orang dan melukai 11 lainnya.

Tahun 1983
Lebih dari 45 Tentara Israel mencoba mengambil alih Kompleks Masjid Al Aqsa

Tahun 1990
Protes rakyat Palestina terkait upaya kelompok Temple Mount Faithful untuk mendirikan "kuil ketiga" di dalam Komplek Al-Aqsa mengakibatkan 22 orang Palestina tewas

Tahun 1996
Israel melakukan penggalian ilegal bawah tanah dekat area suci Al Aqsa, rakyat Palestina Protes dan mengakibatkan 57 orang Palestina Tewas

Tahun 2000
Ariel Sharon, ratusan polisi Israel dan Pasukan Khusus menyerbu Kompleks tersebut, memicu perlawanan Rakyat Palestina

Tahun 2003
Untuk pertamakalinya, Israel mengambil alih penuh kontrol pintu masuk Masjid Al-Aqsa

Tahun 2014
75 orang ekstremis Israel dengan pengawalan polisi mencoba menduduki Masjidil Aqsa. Otoritas Yordania sudah mengatur bahwa orang Yahudi diperkenankan mengunjungi Al-Aqsa tapi bukan untuk beribadah

Israel membongkar 20 makam di kompleks Masjidil Aqsa untuk membangun Taman Kitab Suci Yahudi

Tahun 2015
Dalam kurun Januari-September, setidaknya 484 serangan terhadap komplek Al-Aqsa dilakukan oleh pasukan Israel

Tahun 2017

Israel menutup akses Masjidil Aqsa untuk beribadah sejak Jum'at (14/7). Hingga 23 Juli 2017, sudah 7 orang Palestina tewas di Masjidil Aqsa.

Untuk Videonya bisa di Klik Pada LINK INI
Share:

SANG SAKA MERAH PUTIH DI BUKIT PAIJO KECAMATAN BATAHAN

Dalam rangka menyambut HUT kemerdekaan RI yang ke 72, delapan siswa SMA yang berasal dari kecamatan Batahan melaksanakan upacara pengibaran bendera merah putih  di Puncak Bukit Paijo desa HDR kecamatan Batahan pada tanggal 17 agustus pukul 07.30 wib.
Pengibaran Sang Saka Merah Putih tersebut, dilaksanakan oleh Andre Saputra sebagai pemimpin pendakian bersama rombongannya yaitu Farhan, Wito, Putra, Nopin, Amin, Ijon, dan Ranzif, yang merupakan masih siswa tingkat SLTA.

Menurut penjelasan dari saudara andre, lokasi pengibaran bendera itu sengaja dipilih dipuncak bukit paijo bertujuan untuk menimbulkan rasa Nasionalisme serta ikut merasakan bagaimana perjuangan para pahlawan kita yang terdahulu dalam memperjuangkan kemerdekaan dari tangan penjajah.
 Perjalanan dimulai pada hari rabu, 16 agustus pukul 12.00 malam dan tiba dipuncak pukul 06.00 pagi, jalan menuju bukit tersebut sangatlah memprihatinkan. Saat itu terjadi guyuran hujan yang sangat deras sehingga membuat tanah menjad licin. Kaki pun rasanya tidak kuat menapak, sangat berbahaya dilewati karena bisa saja mereka menggelinding kembali kebawah.
Perjalanan menuju puncak tersebut yang memakan waktu 6 jam terasa sangat menantang. Saat itu suasana langit sangatlah gelap, belum lagi tanjakan yang curam dan terjal, hujan pun terus menderas. Akan tetapi, tekad 8 anak muda tersebut tak pernah surut, meskipun harus basah-basahan, berjalan diatas lumpur mereka tetap melanjutkan perjalanan dengan lebih hati-hati.
Sesampainya dipuncak pukul 06.00 pagi, sang matahari pun mulai menampakkan diri, meski sedikit tertutup awan mendung. Mereka beristirahat sejenak, juga bersiap-siap untuk melakukan pengibaran sang saka merah putih.
Suasana haru dan rasa syukur mulai menggerakkan hati para pendaki untuk mengibarkan sang saka merah putih sambil menyanyikan  lagu kebangsaan indonesia raya tepat pada pukul 07.30 wib.
Setelah pengibaran bendera selesai, mereka pun tak mau ketinggalan untuk mengabadikan momen tersebut, sebagai  bukti bahwa mereka pernah berada dipuncak bukit bersama dengan kibaran bendera merah putih.
“melihat sang saka merah putih berkibar dipuncak bukit, kami memberi hormat menatapnya, kami sangat bersyukur atas negara yang selama ini kami pijak” (ujar andre).
“perjalanan kami ini bukan soal perjuangannya, bukan soal desanya, bukan soal bukitnya dan juga bukan soal kelelahannya. Tapi semoga rasa nasionalismenyalah yang akan terus kami pupuk dan kami jaga hingga nantinya kami dikuburkan di tanah air tercinta ini”. (tegas andre)
“sudah saatnya kita tunjukkan pada negara bahkan sekalipun dunia bahwa sesungguhnya kita bisa, dan jangan pernah tanyakan apa yang sudah negara berikan untukmu, namun tanyakan apa yang sudah kamu lakukan untuk negara” (pesan andre)
hal yang mereka lakukan tersebut, sangatlah memberikan kesan yang positif dan mengharukan bagi masyarakat dilingkungannya, mereka banyak mendapat pujian serta dukungan dari masyarakat lebih-lebih dari para intelek yang berada dilingkungannya.

#Fenny Anggraini



Share:

JAWABAN MENGHARUKAN SEORANG WANITA MUALLAF KEPADA PENGACARA ORANG TUANYA

Sungguh berat perjalanan seorang mualaf, karena mereka akan mendapat ujian dari orang-orang terdekat di sekitar mereka. Memilih jalan hijrah memang susah, tapi yang lebih susah lagi adalah mempertahankan ritme keistiqamahan kita ketika memilih jalan hijrah tersebut. Sungguh penulis kagum dengan Aqidah Seorang Akhwat yang baru memeluk Agama Islam ini. Berita ini penulis kutip beritanya dari Berita Islam 24H.
Seorang gadis bernama Kristy memutuskan untuk memeluk agama Islam, namun dari pihak keluarga tidak mengizinkanya. Bahkan secara khusus pihak keluarga menyewa pengacara agar Kristy dapat kembali lagi.
Ibunda Kristy dengan membawa pengacara mendatangi Masjid tempat penampungan Kristy. Terjadi debat yang sangat panas dan panjang antara pengacara dengan pihak Masjid. Pihak pengacara menuding bahwa Kristy dipaksa masuk agama Islam oleh orang Masjid.
Pihak pengurus masjid kemudian mempersilakan sang pengacara untuk bertanya langsung kepada Kristy apakah benar memeluk Islam karena paksaan. Dengan disaksikan banyak orang, Kristy dengan tegas bahwa alasan memeluk agama Islam atas dasar kesadaran sendiri dan tanpa ada yang memaksa.
Risty juga menjelaskan bahwa alasan dirinya meninggalkan Kalimantan dan pergi ke Jakarta, karena selama di Kalimantan pihak keluarga menghalang-halangi Risty untuk beribadah dan melarang memeluk Islam. Mendengar penjelasan Risty, pihak pengacara tak bisa berkata apa-apa, tensi kemarahanya mulai mereda dan mengungkapkan bahwa pihak keluarga tidak akan bertanggung jawab.
Semoga kita yang dari kecil sampe sekarang memeluk Agama Islam, Bisa mengambil Ibrah dari peristiwa ini.

Berikut ini video lengkap Percakapannya yang diunggah ke youtube TONTON VIDEONYA
Share:

Recent Posts

Sponsorship