Bung Hatta Teladan Beta

AKU PELAYAN BUKAN PENGUASA
Oleh: Hasan Tarmizi
Genap sudah 34 tahun sejak kepergian salah seorang bapak proklamator kita. Bapak yang sudah merintis pergerakan kemerdakaan indonesia sejak usia mudanya. Bapak yang rela keluar masuk penjara serta keluar masuk dari pengasingan demi mewujudkan satu kata impian “Merdeka”. Namanya tidak hanya harum di negaranya, akan tetapi dia dikenal di seluruh penjuru dunia melalui organisasi sosialnya yaitu Indische Vereniging (Perhimpunan Indonesia).
Jika kita mengingat kembali sejarah bangsa Indonesia, kita tentu tidak bisa melupakan jasa bapak proklamator ini, yaitu Muhammad Hatta. Putra Minang kelahiran 12 Agustus 1902  yang besar di Fort de Kock (Bukittinggi), Merupakan seorang pemimpin yang memposisikan dirinya sebagai pelayan masyarakat (public servant) dengan yang senantiasa santun dan  menjunjung tinggi kejujuran serta amanah. “jujur di sini, tidak hanya terbatas pada tidak melakukan praktik KKN selama berkuasa atau menjabat. Namun, lebih dari itu, Bung hatta jujur terhadap hati nuraninya,” kata Rachmawati.
Sikap kejujran bung hatta tercermin ketika beliau memilih mengundurkan diri daripada mempertahankan jabatannya sebagai seorang wakil presiden ketika pemikirannya tidak sepaham dengan Bung Karno. Walaupun demikian mereka tetap berteman dan tetap saling mendukung satu sama lain.
Kisah sepatu bally dan mesin jahit yang tidak terbeli, kisah gaji pensiunan yang sedikit, kisah tagihan listrik, gas, air, dan telepon yang mencekik, kisah uang pengobatan yang ia kembalikan, kisah penolakan tawaran rumah dan kenaikan gaji pensiunan,dan kisah penolakan posisi di World Bank untuk anaknya merupakan sikap seoarang pemimpin yang bersahaja yang tidak mementingkan diri sendiri.
Sungguh sikap yang dicontohkan Bung Hatta adalah sebuah oase bagi negeri ini yang tengah dililit oleh banyak skandal korupsi yang melibatkan banyak pemimpin saat ini. Alih-alih meneladani sikap Bung Hatta, pemimpin saat ini justru semakin kaya saja ketika menjabat. Anak istrinya memiliki berbagai perusahaan. Menjadi direksi atau komisaris disana sini. Punya saham dimana-mana. Bagi-bagi proyek kepada sanak famili sehingga keluarga besarnya menjadi penguasa mutlak sebuah daerah. Pada akhirnya terciptalah dinasti. Istri atau suaminya, anak, ipar, saudara lainnya banyak yang menjadi anggota legislatif, pemimpin daerah, punya kontraktor dan lain sebagainya. Sungguh sebuah rasa sayang keluarga yang salah kaprah, dan kitalah sebagai rakyat yang menanggung semua akibatnya. Sungguh tragis.
Ketika negeri ini sedang dilanda wabah korupsi. Ketika korupsi masih massif dan sangat sistematis. Ketika partai politik hanya mementingkan kepentingan pribadi dan partainya. Dan ketika presiden tunduk kepada partainya. Maka hari ini tidak lain dan tidak bukan yang kita rindukan sosok pemimpin seperti bung hatta, dan sosok pemuda seperti Bung Hatta. Pemuda yang berani tampil di depan untuk melakukan pergerakan demi kemajuan negerinya.
Pemuda adalah orang yang mempunyai potensi luar biasa dari mulai berprestasi, ber Inovasi dan Berkreasi. Ditengah-tengah keadaan seperti yang sedang dialami bangsa kita ini, membangun integritas menjadi sebuah hal yang wajib. Pemuda mempunyai poin yang lebih dalam masalah membangun integritas, karena kembali kita ingat bahwa para pemuda lah yang nantinya akan memimpin bangsa ini ke depannya. Integritas dimulai dengan hal cukup sederhana namun tak sesederhana saat mengucapkannya yaitu “kejujuran”.  Integritas berhubungan erat dengan kejujuran karena integritas merupakan bersikap, berpikir dan melakukan hal yang benar. Pemuda memiliki kekuatan besar untuk membangun bangsa  ini, untuk mari kita bersatu dari Sabang sampai Merauke. Pemuda harus memiliki semangat tak terhingga, kemauan yang luar biasa, pemikiran cerdas nan luar biasa juga akhlaq baik yang paling utama.
Wahai pemuda dan para pemimpin kami, mari kita berkaca kepada pendahulu kita, yang rela berjuang untuk negerinya tanpa mengharapkan imbalan sepeser pun, dia adalah Muhammad Hatta. Mari kita bangkit, mari kita kumpulkan kembali batu bata penyusun bangsa ini, dan hari ini mari kita berkarya untuk Indonesia yang Lebih Baik. Aku pelayan bukan penguasa. Bung Hatta Teladan Beta.




Sumber :
artikelnya Lusy Pebrianti
gambar : kitabisa.com


Share:

No comments:

Post a Comment

Recent Posts

Sponsorship