Profesor Termuda Di Amerika Serikat
Assalamualaikum......
bagaimana kabar pengunjung blog berbagi itu indah semua.....??
kemaren tak sengaja saya surfing di internet, dan mengundang decak kagum saya..
ternyata profesor termuda di Amerika Serikat adalah orang indonesia, dan beliau berasal dari daerah saya, yaitu Sumatera Utara.
ketika saya mengetahui bahwa beliau berasal dari SMA 1 Soetomo, saya teringat masa2 SMA, Masa2 olympiade tingkat Provinsi, dimana Saingan terberat di sumatera utara itu adalah SMA 1 Soetomo,
bagaimana kabar pengunjung blog berbagi itu indah semua.....??
kemaren tak sengaja saya surfing di internet, dan mengundang decak kagum saya..
ternyata profesor termuda di Amerika Serikat adalah orang indonesia, dan beliau berasal dari daerah saya, yaitu Sumatera Utara.
ketika saya mengetahui bahwa beliau berasal dari SMA 1 Soetomo, saya teringat masa2 SMA, Masa2 olympiade tingkat Provinsi, dimana Saingan terberat di sumatera utara itu adalah SMA 1 Soetomo,
pantas
mereka menjadi SMA terfavourite di SUmatera Utara, karena terbukti
Alumnus bisa menjadi profesor termuda di Amerika Serikat
Namanya Nelson Tansu, beliau meraih gelar
Profesor di bidang Electrical Engineering di Amerika sebelum berusia 30 tahun.
Karena last name-nya mirip nama Jepang, banyak petinggi Jepang yang mengajaknya
"pulang ke Jepang" untuk membangun Jepang. Tapi Prof. Tansu
mengatakan kalau dia adalah pemegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila.
Namun demikian, ia belum mau pulang ke Indonesia. Kenapa?
Nelson Tansu lahir di
Medan , 20 October 1977. Lulusan terbaik dari SMA Sutomo 1 Medan. Pernah
menjadi finalis team Indonesia di Olimpiade Fisika. Meraih gelar Sarjana dari
Wisconsin University pada bidang Applied Mathematics, Electrical Engineering
and Physics (AMEP) yang ditempuhnya hanya dalam 2 tahun 9 bulan, dan dengan
predikat Summa Cum Laude. Kemudian meraih gelar Master pada bidang yang sama,
dan meraih gelar Doktor (Ph.D) di bidang Electrical Engineering pada usia 26
tahun. Ia mengaku orang tuanya hanya membiayai-nya hingga sarjana saja.
Selebihnya, ia dapat dari beasiswa hingga meraih gelar Doktorat. Dia juga
merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi Profesor di Lehigh University
tempatnya bekerja sekarang.
Thesis Doktorat-nya
mendapat award sebagai "The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research
Paper Award" mengalahkan 300 thesis Doktorat lainnya. Secara total, ia
sudah menerima 11 scientific award di tingkat internasional, sudah
mempublikasikan lebih 80 karya di berbagai journal internasional dan saat ini
adalah visiting professor di 18 perguruan tinggi dan institusi riset. Ia juga
aktif diundang sebagai pembicara di berbagai even internasional di Amerika,
Kanada, Eropa dan Asia .
Karena namanya mirip
dengan bekas Perdana Menteri Turki, Tansu Ciller, dan juga mirip nama Jepang,
Tansu, maka pihak Turki dan Jepang banyak yang mencoba membajaknya untuk
"pulang". Tapi dia selalu menjelaskan kalau dia adalah orang
Indonesia . Hingga kini ia tetap memegang paspor hijau berlogo Garuda Pancasila
dan tidak menjadi warga negara Amerika Serikat. Ia cinta Indonesia katanya.
Tetapi, melihat atmosfir riset yang sangat mendukung di Amerika , ia menyatakan
belum mau pulang dan bekerja di Indonesia . Bukan apa-apa, harus kita akui
bahwa Indonesia terlalu kecil untuk ilmuwan sekaliber Prof. Nelson Tansu.
Ia juga menyatakan bahwa
di Amerika, ilmuwan dan dosen adalah profesi yang sangat dihormati di
masyarakat. Ia tidak melihat hal demikian di Indonesia . Ia menyatatakan bahwa
penghargaan bagi ilmuwan dan dosen di Indonesia adalah rendah. Lihat saja
penghasilan yang didapat dari kampus. Tidak cukup untuk membiayai keluarga si
peneliti/dosen. Akibatnya, seorang dosen harus mengambil pekerjaan lain,
sebagai konsultan di sektor swasta, mengajar di banyak perguruan tinggi, dan
sebagianya. Dengan demikian, seorang dosen tidak punya waktu lagi untuk
melakkukan riset dan membuat publikasi ilmiah. Bagaimana perguruan tinggi
Indonesia bisa dikenal di luar negeri jika tidak pernah menghasilkan publikasi
ilmiah secara internasional?
Prof. Tansu juga
menjelaskan kalau di US atau Singapore , gaji seorang profesor adalah 18-30
kali lipat lebih dari gaji professor di Indonesia . Sementara, biaya hidup di
Indonesia cuma lebih murah 3 kali saja. Maka itu, ia mengatakan adalah sangat
wajar jika seorang profesor lebih memilih untuk tidak bekerja di Indonesia .
Panggilan seorang profesor atau dosen adalah untuk meneliti dan membuat
publikasi ilmiah, tapi bagaimana mungkin bisa ia lakukan jika ia sendiri sibuk
"cari makan".
(ini copas dari blog teman, sudah ijin tapi saya lupa nama blognya dia, jadi maaf gak dicantumin alamat blog asalnya).
(ini copas dari blog teman, sudah ijin tapi saya lupa nama blognya dia, jadi maaf gak dicantumin alamat blog asalnya).
http://trihanifa.blogspot.com/2013/07/profesor-termuda-di-as-ternyata-orang.html